"Jantung
berdebar, takjub dan merasa tak percaya akhirnya bisa sampai di Kepulauan Raja
Ampat. Rasa itu yang aku maknai ketika bergabung dengan 24 pejalan lainnya dari seluruh Indonesia untuk
menikmati kawasan tersebut."
--- Puput
Julianti Damanik,Wartawan Sumut Post ---
Berenang
dengan Hiu, Tidur Dijaga Penyu
Sekitar 30
menit speed boat carteran (bukan
public boat) yang kami gunakan meninggalkan Pelabuhan Usaha Mina (Sorong), tiba-tiba belasan
lumba-lumba melompat bebas tak jauh di samping speed boat yang kami naiki Semacam menyambut kedatangan kami.
"Ini
masih awal", ujar Amir, boatman di speedboat yang kami tumpangi.
Speed boatpun terus melaju
memecahkan ombak yang menghadang. Ternyata, tempat yang dituju yaitu kepulauan Raja Ampat masih jauh.
Rasa
penasaran menghancurkan lelah 24 pejalan yang telah melakukan perjalanan jauh dari
kotanya masing-masing hingga akhirnya bertemu di Bandar Udara Domine Eduard
Osok, Sorong, Mei lalu. Ada yang dari Medan, Banjarmasin, Jakarta, Bali dan
daerah lainnya di Indonesia, bersatu dalam misi 'Jelajah Indonesiaku'.
Alangkah baiknya apabila aku memperkenalkan 24 pejalan yang melakukan misi
“Jelajah Indonesiaku”, diantaranya adalah :
1.
Puput
Julianti Damanik yaitu aku dari Medan;
2.
Lastri dari
Tangerang;
3.
Heny Farida
dari Banjarmasin;
4.
Becky dari
Bogor;
5.
Fransiska
Saragih dari Balikpapan;
6.
Sondang F
Wina dari Bekasi;
7.
Angelia
Noviana beserta suaminya yaitu Efriza dari Kalimantan;
8.
Ishak beserta
istrinya yaitu Nurjannah dari Banjarmasin;
9.
Vikky Elsa
dari Bali;
10. Trianasaputri dari Bali;
11. Willy Murdani dari Manokwari;
12. Anita Nainggolan dari Jakarta;
13. Andi dari Jakarta;
14. Anastasia beserta adiknya yaitu Alvin dari
Jakarta;
15. Ivan Ramdhani dari Jakarta;
16. Asep Saepudin dari Jakarta;
17. Rehold Togu Sihotang dari Jakarta;
18. Maryo Oscar dari Jakarta;
19. Santy dari Jakarta;
20. Daniel Ompusunggu dari Pematangsiantar;
21. Bonando Siregar dari Pematangsiantar.
Tujuan kami di hari pertama
adalah Mess Conservation International
(CI). Waktu yang dibutuhkan dari Pelabuhan Usaha Mina, Sorong sekitar 5 jam.
Untuk memecahkan kebosanan, akhirnya pemandu perjalanan kami yaitu Bonando Siregar memutuskan
untuk mengajak snorkeling di Friwen Bonda.
"Nama lokasi ini adalah Friwen Bonda dan menjadi spot snorkeling
pertama hari ini sebelum tiba di Mess Conservation
International (CI). Perlu saya sampaikan,
kita datang kesini untuk berlibur, jadi silahkan dinikmati keindahan bawah lautnya yang super kece ini dan jangan ada perasaan takut akan hiu atau
sejenisnya karena itu akan merusak mood liburan kalian, satu hal yang pasti
adalah teman-teman dalam pengawasan tim dari Jelajah Indonesiaku" ujar pria kelahiran Sumatera Utara (Sumut) itu.
Ikan Badut (Nemo) di Friwen Bonda |
Tak ada satu
pun sisi yang lepas dari pandangan. Aneka ragam bentuk dan warna terumbu
karang, soft coral dan
ikan-ikan kecil menjadi satu kesatuan yang tak terpisahkan atau sering disebut scholling fish, seperti memanggil-manggil
untuk menari bersama.
Ada ikan nemo dengan warnanya yang cerah dan beranekaragam nudibranch (siput laut) dan pigmy
seahorse yaitu kuda laut mungil yang pintar berkamuplase dan keindahan lainnya
yang tidak bisa diungkapkan dan hanya bisa disimpan di memori otak.
Satu jam
waktu berlalu di Friwen Bonda. Perjalanan kembali dilanjutkan menuju Mess CI.
Sebelum sampai di Mess, rombongan menyempatkan diri berinteraksi langsung
dengan masyarakat di Kampung Sarpele dan menyerahkan ratusan buku bacaan yang telah kami bawa dari kota
masing-masing. Kebahagiaan terlihat dari wajah anak-anak di sini, bahkan tanpa segan mereka
menunjukkan kebolehannya dalam bernyanyi.
"Kami
senang kaka datang kasih buku, di
sini gurunya hanya ada satu. Kami butuh ibu guru," ujar seorang anak di
Kampung Sarpele, Senda Moal.
Sekitar
setengah jam menghabiskan waktu bersama anak-anak Sarpele, rombongan pun
berpamitan dan meneruskan perjalanan menuju Mess CI. Ada aturan tak tertulis di daerah ini yaitu seluruh pengunjung yang masuk
ke wilayah Wayag diwajibkan untuk melapor ke kepala adat Desa Sarpele
dan memberi donasi sejumlah tertentu
yang sudah disepakati.
Kami memutuskan untuk bermalam di Mess CI dengan pertimbangan yaitu lokasi ini lebih dekat
dari Wayag (sekitar 20 menit perjalanan laut) dan membuat kami lebih lama
menikmati pesona Wayag yang sudah sangat tersohor itu.
Belum terlalu
petang, sekitar pukul 16.00 WIT rombongan akhirnya tiba di Mess CI. Mess CI bukanlah penginapan
komersial, mess ini merupakan tempat inap para pekerja yang bertugas mengawasi
kepulauan Raja Ampat, jadi fasilitas yang tersedia hanya kamar tidur, kamar
mandi dan dapur, itu juga dengan fasilitas seadanya. Para petugas CI menyambut
baik kehadiran kami, karena biasanya mereka sangat senang apabila ada tamu yang
datang ataupun menumpang tidur di lokasi mereka.
Pemandangan
tidak biasa kembali kami saksikan
lagi. Kali ini, rombongan hiu yang hidup bebas di sekitaran pulau tempat kami menginap seakan menyambut kedatangan kami.
Bermain dengan kawanan hiu |
Sebelumnya,
tidak ada yang memberi tahu bila di pulau ini banyak hiu yang berenang bebas sampai ke
tepi pantai.
Setelah turun dari speedboat, seluruh
pejalan (peserta
trip) pun
berdecak kagum. Semua sibuk mengambil kamera dan memberanikan diri berenang bersama hiu
setelah sebelumnya petugas konservasi
(CI) menyatakan aman. "Aku juga mau menyelam sama hiu," girang
beberapa pejalan. Namun tetap saja rasa
takut dan khawatir tetap ada dalam diri, mengingat hiu – hiu tersebut hidup
liar dan masih memiliki insting memburu, tapi kekhawatiran tersebut berangsur –
angsur memudar dan yang ada adalah hiu – hiu tersebut menghindar ketika kami
berenang mendekati mereka. Kami terlena dengan pesona penghuni – penghuni bawah
laut kepulauan Raja Ampat, hingga tanpa sadar matahari sudah kembali ke
peraduannya dan kami harus segera mengakhiri kenikmatan alam ini.
Malam segera
tiba, semua pejalan masuk ke kamar
yang nantinya menjadi tempat kami merebahkan tubuh untuk melepas penat.
Setelahnya, kami membilas tubuh kami yang sedari tadi bercampur dengan keringat
dan air laut dengan air payau, karena di pulau ini tidak tersedia air segar
(air tawar) sebagaimana yang kita nikmati di rumah kita.
Kamipun bersiap menikmati makan malam yang telah dimasak oleh
penjaga. Segala perbekalan (logistik)
makanan sudah dipersiapkan oleh tim Jelajah Indonesiaku dan dibawah langsung
dari kota terdekat yaitu kota Sorong. Menu makan malam hari ini adalah Ikan
teri medan, telur dan indomie, makanan sederhana semakin terasa nikmat
dikarenakan seluruh pejalan bercengkeramah dan bercanda satu sama lain,
suasanapun menjadi riuh ditengah pulau yang akupun tidak tahu dimana lokasi
persisnya.
Setelah makan malam selesai, Bang Bonando Siregar selaku Tour leader dari tim Jelajah Indonesiaku
melakukan review mengenai perjalanan hari ini dan menginformasikan perjalanan
yang akan dilakukan keesokan harinya. Dan diakhir pembicaraannya dia berpesan
“Teman – teman harus jaga MOODnya, kita datang kesini untuk berlibur dan
silahkan nikmati perjalananmu dan indahnya alam Raja Ampat ini, terakhir tetap
jaga kesehatan masing – masing.”
Meski malam, kondisi di Raja Ampat
lumayan panas dan gerah, hingga beberapa pejalan memutuskan untuk tidak
tidur di kamar yang telah disediakan, aku dan beberapa pejalan lainnya tidur beralas sleeping bag di atas dermaga. Ternyata tidur di
dermaga lebih nikmat dari tidur di hotel bintang lima. Langit dihiasi jutaan
bintang dan dibawahnya suara desiran air yang sesekali menghantam lembut
tiang-tiang dermaga. Ikan-ikan kecil termasuk hiu mondar-mandir di bawahnya.
Sekitar pukul
03.00 WIT, giliran penyu-penyu yang keluar. Sayangnya karena tidur terlalu
lelap, kami tidak ikut menyaksikannya. "Sekitar jam 3 pagi, banyak penyu
yang naik ke daratan dan naik ke dermaga. Banyak yang mendekati kaka - kaka
tidur, tapi kami tidak berani membangunkan karena kelihatannya terlalu lelah
dan tidurnya nyenyak sekali. Kami mengangkat satu per satu penyu yang mulai
mendekat," ujar ABK Speedboat, Amir.
"Yah,
kok gak dibanguni!" balas kami kecewa.
Oleh : Puput
Julianti Damanik
Tulisan ini sudah dipublikasikan di koran Sumut Post.
0 comments:
Posting Komentar